I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biologi merupakan salah satu objek kajian yang dipelajari dalam semua jenjang pendidikan. Biologi berasal dari kata bios yang artinya hidup dan logos yang artinya kajian/ilmu, sehingga biologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup. Setiap penelitian yang dilakukan dalam biologi disusun berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah. Kajian ilmu biologi sangat luas meliputi mikroorganisme, hewan, dan tumbuhan, serta lingkungan. Karena kajian hewan dan tumbuhan yang ada di alam mudah didapat maka belajar biologi tidak hanya dilakukan dengan teori saja, akan tetapi juga dengan praktikum.
Diadakannya praktikum dalam pembelajaran biologi diharapkan penulis lebih paham pada materi yang diajarkan karena objek yang diamati lebih jelas. Praktikum dapat dilakukan di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Praktikum di dalam ruangan biasanya digunakan dalam pengamatan objek-objek yang kecil, sedangkan praktikum di luar ruangan digunakan untuk pengamatan objek dengan ukuran besar serta jumlah yang banyak yang tidak memungkinkan dilakukan di dalam ruangan.
Dunia ini luas dan semakin canggih dengan semua kecanggihan di dalamya bahkan suatu saat kita tidak bisa mengenal sesama manusia, benda dan benda yang kita sayanggi atau bahkan kita tak tau dari mana mereka berasal, dari suku mana, kota mana, dan bahkan terbuat dari apa? Ini lah masuk dari penulis apa yang di kutip atau ditulis diatas ada hubunganya dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang ada disekitar kita dan di dunia ini.
Dengan adanya pratikum biologi umum ini penulis banyak mengenal, memahami sisi dari tumbuhan dan hewan, termasuk hewan sering ada di dalam kawasan
pertanian, yang sebelumya belum pernah diketahui oleh penulis.
1.2 Tujuan Dan Kegunaan
1.2.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop
Tujuan dari pratikum ini adalah, Memperkenalkan komponen-komponen mikroskop dan cara menggunahkannya, dan mempelajari cara menyiapkan bahan-bahan yang akan diamati dibawah mikroskop.
1.2.2 Pengenalan Sel
Tujuan Instruksional Umum dari pratikum ini yaitu, dimana setelah meyelesaikan pratikum ini, penulis dapat mengenal bentuk dan struktur sel secara umum dan mampu membandingkan berbagai jenis sel dari berbagi jenis organisme serta mampu memahami sifat semipermeabelitas membran sel.
1.2.3 Pengamatan Tumbuhan
Tujuan Instruksional Umum dari pratikum ini yaitu setelah penyelesiakan pratikum ini penulis dapat memahami strukur morfologi, anatomi dan histologi sistem organ pada tumbuhan.
1.2.4 Pengamatan Hewan
Tujuan Instruksional Umum dari pratikum ini yaitu setelah menyelesaikan pratikum penulis akan dapat memahami struktur morfologi, anatomi dan histologi dari sistem organ pada hewan.
1.2.5 Memahami Konsep Hukum Mendel
Tujuan dari praktikum ini yaitu: setelah kegiatan praktikum penulis memahami angka-angka perbandingan dalam hukum Mendel melalui hukum kebetulan.
1.2.6 Pengamatan Transpirasi Tumbuhan
Tujuan dari praktikum ini yaitu : untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi transpirasi pada tumbuhan.
1.2.7 Pengamatan Fotosintesis
Tujuan Percobaan Sachs yaitu: diharapkan penulis untuk membuktikan terbentuknya amilum pada proses fotosintesis oleh tumbuhan hijau.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop
2.1.1 Sejarah Mikroskop
Sejarah Leeuwenhoek dan mikroskopnya , Antony van Leeuwenhoek (1632 – 1723) sebenarnya bukan peneliti atau ilmuwan yang profesional. Profesi sebenarnya adalah sebagai ‘wine terster’ di kota Delf, Belanda. Ia biasa menggunakan kaca pembesar untuk mengamati serat-serat pada kain. Sebenarnya ia bukan orang pertama dalam penggunaan mikroskop, tetapi rasa ingin tahunya yang besar terhadap alam semesta menjadikannya salah seorang penemu mikrobiologi (Kadri, 2010).
Kata mikroskop (microscope) berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata micron=kecil dan scopos=tujuan, yang maksudnya adalah alat yang digunakan untuk melihat obyek yang terlalu kecil untuk dilihat oleh mata telanjang. Dalam sejarah, yang dikenal sebagai pembuat mikroskop pertama kali adalah 2 ilmuwan Jerman, yaitu Hans Janssen dan Zacharias Janssen (ayah-anak) pada tahun 1590. Temuan mikroskop saat itu mendorong ilmuan lain, seperti Galileo Galilei (Italia), untuk membuat alat yang sama (Dr. Ratno Nuryadi, 2008).
Galileo menyelesaikan pembuatan mikroskop pada tahun 1609, dan mikroskop yang dibuatnya dikenal dengan nama mikroskop Galileo. Mikroskop jenis ini menggunakan lensa optik, sehingga disebut mikroskop optik. Mikroskop yang dirakit dari lensa optic memiliki kemampuan terbatas dalam memperbesar ukuran obyek. Hal ini disebabkan oleh limit difraksi cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang cahaya. Secara teoritis, panjang gelombang cahaya ini hanya sampai sekitar 200 nanometer. Untuk itu, mikroskop berbasis lensa optik ini tidak bisa mengamati ukuran di bawah 200 nanometer (Dr. Ratno Nuryadi, 2008).
Mikroskop (bahasa yunani: Micros = kecil dan scopein = melihat) adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata kasar. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata. dalam perkembangannya mikroskop mampu mempelajari organisme hidup yang berukuran sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, sehingga mikroskop memberikan kontribusi penting dalam penemuan mikroorganisme dan perkembangan sejarah mikrobiologi (Anonim, 2011).
Organisme yang sangat kecil ini disebut sebagai mikroorganisme, atau kadang-kadang disebut sebagai mikroba, ataupun jasad renik. Dapat di amati dengan mikroskop. Salah satu penemu sejarah mikrobiologi dengan mikroskop adalah antonie van leeuwenhock (1632-1723) tahun 1675 antonie membuat mikroskop dengan kualitas lensa yang cukup baik, dengan menumpuk lebih banyak lensa sehingga dia bisa mengamati mikroorganisme yang terdapat pada air hujan yang menggenang dan air jambangan bunga, juga dari air laut dan bahan pengorekan gigi. Ia menyebut benda-benda bergerak tadi dengan ‘animalcule’ (Anonim, 2011).
2.1.2 Jenis-jenis Mikroskop
Mikroskop Sederhana, Mikroskop berasal dari bahasa Yunani. Yaitu terdiri dari ( kata MICRON = kecil dan SCOPOS = tujuan) adalah sebuah alat untuk melihat obyek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata (wawan junaidi, 2009).
Mikroskop Cahaya, Mikroskop cahaya terbagi atas dua jenis yatiu monokuler dan binokuler, mikrskop cahaya juga menggunakan tiga jenis lensa, yaitu lensa obyektif, lensa okuler, dan kondensor. Lensa obyektif dan lensa okuler terletak pada kedua ujung tabung mikroskop sedangkan penggunaan lensa okuler terletak pada mikroskop bisa berbentuk lensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah mikroskop terdapat tempat dudukan lensa obyektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa yg ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi obyek dan lensa-lensa mikroskop yang lain (wawan junaidi, 2009).
Mikroskop Elektron, Dari berbagai Mikroskop itu mikroskop elektron yang memiliki perbesaran paling tinggi, dapat memperbesar benda sampai 500.000 kali.. Mikroskop ini menggunakan elektron sebagai ganti cahaya pada mikroskop cahaya (wawan junaidi, 2009).
Mikroskop Kamera, Mikroskop kamera merupakan inovasi baru pengamatan preparat. Sistem ini memungkinkan kemudahan dan kenyamanan pengamatan data mikroskop, terutama untuk pengamatan yang melibatkan banyak pengamat dalam waktu bersamaan. Inovasi baru dalam sistem ini terutama dalam hal penampilan, dan penyimpanan data dalam bentuk data elektronik. Sehingga visualisasi pengamatan preparat mikroskop dapat ditampilkan melalui layar televisi, LCD/ DLP proyektor, atau komputer dan dapat disimpan sebagai gambar atau movie (wawan junaidi, 2009).
2.1.3 Bagian-Bagian dan Fungsi Komponen Mikroskop
Bagian-bagiannya terdiri atas : kaki atau basis, dapat berbentuk persegi, tapal kuda, atau bentuk yang lain, Tangkai, merupakan penyokong teropong yang menjadi penghubung antara kakidengan teropong, Meja benda, merupakan tempat untuk meletakkan preparat. Skrup-skrup penggerak sediaan, jumlahnya 2 tersusun pada satu sumbu yang berguna untuk menggerakkan sediaan kemuka dan kebelakang (sekrup atas) ; sedangkan sekrup bawah untuk menggerakkan kekiri dan kekanan. Sekrup-sekrup pengatur jarak antara teropong dengan sediaan, jumlahnya 2 buah atau menjadi satu nampak sebuah sekrup saja. Pada tipe mikroskop ini hanya ada satu buah sekrup yang mempunyai 2 fungsi ; yaitu sebagai pengatur/penggerak kasar disebut : Makrometer ; dan sebagai penggerak halus disebut : mikrometer (Soemarwoto, 2003).
Teropong, tediri atas : Lensa obyektif yang letaknya dekat dengan sediaan biasanya 2,3 lensa dipasang sekaligus pada revolver yang dapat diputar. Lensa obyektip ini 2 biasanya mempunyai perbesaran 4, 10, 40, 100 x. Lensa okuler, yang letaknya dibagian atas teropong. Oleh karena jumlahnya satu maka. disebut monokuler, biasanya mempunyai perbesaran 5, 6, 10, atau 12 x. pada lense. okuler sering tampak garis hitam suatu tambahan saja yang dimaksudkan sebagai penunjuk, Diafragma, ialah bagian yang dapat untuk mengatur banyaknya sinar masuk dengan mengatur tangkainya, Kondensor, ialah bagian yang terdiri atas lensa, berguna untuk mengatur pernusatan sinar, Filter, berupa gelas bundar yang berwarna biru, hijau, atau warna lain yang berguna untuk mengurangi silau, atau untuk penegasan gambar, cermin, alat untuk menangkap cahaya. Biasanya terdiri 2 rnacarn yaitu cermin datar, sebaliknya adalah cermin cekung. untuk keadaan terang digunakan cermin datar, sedang dalam keadaan agak gelap digunakan cermin cekung dan Penjepit Kaca, penjepit ini berfungsi untuk menjepit kaca yang melapisi objek agar tidak mudah bergeser (Soemarwoto, 2003).
2.1.4 Sifat Lensa pada Mikroskop
Lensa obyektif berfungsi guna pembentukan bayangan pertama dan menentukan struktur serta bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir serta berkemampuan untuk memperbesar bayangan obyek sehingga dapat memiliki nilai "apertura" yaitu suatu ukuran daya pisah suatu lensa obyektif yang akan menentukan daya pisah spesimen, sehingga mampu menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah. (sulistya indrianisu, 2010)
Lensa okuler, adalah lensa mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas tabung berdekatan dengan mata pengamat, dan berfungsi untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa obyektif berkisar antara 4 hingga 25 kali (sulistya indrianisu, 2010).
ensa kondensor, adalah lensa yang berfungsi guna mendukung terciptanya pencahayaan pada obyek yang akan dilihat sehingga dengan pengaturan yang tepat maka akan diperoleh daya pisah maksimal. Jika daya pisah kurang maksimal maka dua benda akan terlihat menjadi satu dan pembesarannya pun akan kurang
optimal (sulistya indrianisu, 2010).
2.2 Pengamatan Sel
2.2.1 Pengertian Sel
Dari hasil percobaan yang dilakukan penulis dapakmeyimpulkan, bahwa sel adalah bagian terkecil dari mahluk hiup yang memiliki bermacam-macam susunan di dalamnya, dan memiliki peranan penting dalam tubuh mahluk hidup karena hampir semua proses kehidupan dan kegiatan makhluk hidup dipengaruhi oleh sel.
Dalam biologi, sel adalah kumpulan materi paling sederhana yang dapat hidup dan merupakan unit penyusun semua makhluk hidup. Sel mampu melakukan semua aktivitas kehidupan dan sebagian besar reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan berlangsung di dalam sel. Kebanyakan makhluk hidup tersusun atas sel tunggal, atau disebut organisme uniselular, misalnya bakteri dan ameba (anonim, 2011).
Sedankan jika dilihat sekilas di bawah mikroskop, tampak bentuk sel itu kaku dan seperti benda mati. Akan tetapi ternyata setelah diselidiki lebih lanjut, di dalam sel terjadi segala proses kegiatan, bahkan sebenarnya segala kegiatan kita sehari-hari itu terjadi pada tingkat sel. Ini dapat digambarkan dengan kegiatan kita sehari-hari, misalnya ketika kita melakukan aktivitas membaca buku. Sel-sel apa sajakah yang bekerja saat kita melakukan aktivitas itu? Sel-sel tubuh yang bekerja antara lain sel otot. Dengan adanya sel otot, maka tangan kita bisa memegang buku. Selain itu, sel batang dan kerucut mata juga bekerja menerima bayangan tulisan atau gambar. Setelah itu, sel otak akan menerjemahkan sehingga menghasilkan suatu pengertian. Berdasarkan gambaran tersebut dapat kita ketahui bahwa sel itu hidup dan saling bekerja sama satu dengan yang lain untuk melakukan fungsi hidup. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sel merupakan tingkatan terendah dari organisme kehidupan (anonim, 2010).
Beberapa ahli telah mencoba menyelidiki tentang struktur dan fungsi sel, dan kemudian muncullah beberapa teori tentang sel. Sejarah ditemukannya teori tentang sel diawali penemuan mikroskop yang menjadi sarana untuk mempermudah melihat struktur sel. Berbagai penelitian para ahli biologi, antara lain seperti berikut (anonim, 2010).
Robert Hooke (1635-1703), Ia mencoba melihat struktur sel pada sayatan gabus di bawah mikroskop. Dari hasil pengamatannya diketahui terlihat rongga-rongga yang dibatasi oleh dinding tebal. Jika dilihat secara keseluruhan, strukturnya mirip sarang lebah. Satuan terkecil dari rongga tersebut dinamakan sel (anonim, 2010).
Schleiden (1804-1881) dan T. Schwann (1810-1882), Mereka mengamati sel-sel jaringan hewan dan tumbuhan. Schleiden mengadakan penelitian terhadap tumbuhan. Setelah mengamati tubuh tumbuhan, ia menemukan bahwa banyak sel yang tubuh tumbuhan. Akhirnya ia menyimpulkan bahwa satuan terkecil dari tumbuhan adalah sel. Schwann melakukan penelitian terhadap hewan. Ternyata dalam pengamatannya tersebut ia melihat bahwa tubuh hewan juga tersusun dari banyak sel. Selanjutnya ia menyimpulkan bahwa satuan terkecil dari tubuh hewan adalah sel. Dari dua penelitian tersebut keduanya menyimpulkan bahwa sel merupakan unit terkecil penyusun makhluk hidup.
Robert Brown, Pada tahun 1831, Brown mengamati struktur sel pada jaringan tanaman anggrek dan melihat benda kecil yang terapung-apung dalam sel yang kemudian diberi nama inti sel atau nukleus. Berdasarkan analisanya diketahui bahwa inti sel selalu terdapat dalam sel hidup dan kehadiran inti sel itu sangat penting, yaitu untuk mengatur segala proses yang terjadi di dalam sel.
Felix Durjadin dan Johannes Purkinye, Pada tahun 1835, setelah mengamati struktur sel, Felix Durjadin dan Johannes Purkinye melihat ada cairan dalam sel, kemudian cairan itu diberinya nama protoplasma.
Max Schultze (1825-1874), Ia menegaskan bahwa protoplasma merupakan dasar-dasar fisik kehidupan. Protoplasma merupakan tempat terjadinya proses hidup. Dari pendapat beberapa ahli biologi tersebut akhirnya melahirkan beberapa teori sel antara lain: sel merupakan unit struktural makhluk hidup, sel merupakan unit fungsional makhluk hidup, sel merupakan unit reproduksi makhluk hidup, dan sel merupakan unit hereditas.
2.2.2 Sel Hewan
adalah nama umum untuk sel eukariotik yang menyusun jaringan hewan. Sel hewan berbeda dari sel eukariotik lain, seperti sel tumbuhan, karena mereka tidak memiliki dinding sel, dan kloroplas, dan biasanya mereka memiliki vakuola yang lebih kecil, bahkan tidak ada. Karena tidak memiliki dinding sel yang keras, sel hewan bervariasi bentuknya. Sel manusia adalah salah satu jenis sel hewan (Anonim, 2010).
2.2.3 Sel Tumbuhan,
adalah bagian terkecil dari setiap organ tumbuhan. Sel tumbuhan adalah penggerak dari suatu tumbuhan itu sendiri. Sel tumbuhan cukup berbeda dengan sel organisme eukariotik lainnya (anonim, 2010).
2.2.4 Organel-Organel Sel,
Dalam bidang biologi sel, organel ialah salah satu dari beberapa struktur dengan fungsi khusus yang terapung-apung dalam sitoplasma sel eukariot. Dahulu, organel dikenali melalui penggunaan mikroskop, serta juga melalui penggunaan fraksinasi sel (anatomi,2011)
2.3 Pengamatan Tumbuhan
2.3.1 Tumbuhan Monokotil
Tanaman monokotil memiliki ciri–ciri sebagai berikut: ,tumbuhan biji berkeping satu, akar serabut, daun berseling, tulang daun sejajar dan berbentuk pita., bagian bunga berbilangan tiga dan biji memiliki satu daun lembaga (anonim, 2011).
Tumbuhan monokotil memiliki beberapa suku, antara lain: Gramineae (rumput-rumputan). Contoh padi gandum, jagung dan tebu, Palmae (pinang-pinangan). Contoh: kelapa, kelapa sawit, dan palem, Liliaceae (bawang-bawangan). Contoh: bawang merah, bakung, dana Musaceae (pisang-pisangan). Contoh: pisang manila, pisang hawaii (anonim, 2011).
2.3.2 Tumbuhan Dikotil
Anatomi tumbuhan atau fitoanatomi merupakan analogi dari anatomi manusia atau hewan. Walaupun secara prinsip kajian yang dilakukan adalah melihat keseluruhan fisik sebagai bagian-bagian yang secara fungsional berbeda, anatomi tumbuhan menggunakan pendekatan metode yang berbeda dari anatomi hewan. Organ tumbuhan terekspos dari luar, sehingga umumnya tidak perlu dilakukan "pembedahan".
Anatomi tumbuhan biasanya dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan hierarki dalam kehidupan: Organologi mengkaji bagaimana struktur dan fungsi suatu organ. Berikut adalah jaringan-jaringan dasar yang menyusun tiga organ pokok tumbuhan yaitu : akar, batang dan daun, Histologi tumbuhan mengkaji jenis-jenis sel (berdasarkan bentuk dan fungsi) yang menyusun suatu jaringan. Jaringan penyusun tumbuhan antara lain : kodok (jaringan pelindung), kolenkim (jaringan penyokong), sklerenkim (jaringan penyokong), parenkim (jaringan dasar), xilem (jaringan pembuluh), dan floem (jaringan pembuluh), Sitologi, mempelajari struktur dan fungsi sel serta organel-organel di dalamnya, proses kehidupan dalam sel, serta hubungan antara satu sel dengan sel yang lainnya. Sitologi dikenal juga
sebagai biologi sel.
2.3.3 Organ-Organ Tumbuhan
Organ tumbuhan biji yang penting ada 3, yakni: akar, batang, daun.
Sedang bagian lain dari ketiga organ tersebut adalah modifikasinya, contoh: umbi modifikasi akar, bunga modifikasi dari ranting dan daun.
Sedang bagian lain dari ketiga organ tersebut adalah modifikasinya, contoh: umbi modifikasi akar, bunga modifikasi dari ranting dan daun.
Akar, asal akar adalah dari akar lembaga (radix), pada Dikotil, akar lembaga terus tumbuh sehingga membentuk akar tunggang, pada Monokotil, akar lembaga mati, kemudian pada pangkal batang akan tumbuh akar-akar yang memiliki ukuran hampir sama sehingga membentuk akar serabut. Akar monokotil dan dikotil ujungnya dilindungi oleh tudung akar atau kaliptra, yang fungsinya melindungi ujung akar sewaktu menembus tanah, sel-sel kaliptra ada yang mengandung butir-butir amylum, dinamakan kolumela. Fungsi Akar yaitu : Untuk menambatkan tubuh tumbuhan pada tanah, Dapat berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan, danMenyerap air dam garam-garam mineral terlarut. Anatomi Akar, Pada akar muda bila dilakukan potongan melintang akan terlihat bagian-bagian dari luar ke dalam. Epidermis, Korteks, Endodermis, dan Silinder Pusat/Stele (Anonim, 2011)
Batang, terdapat perbedaan antara batang dikotil dan monokotil dalam susunan anatominya. Batang Dikotil, Pada batang dikotil terdapat lapisan-lapisan dari luar ke dalam : Epidermis, Korteks, Endodermis, dan Stele/ Silinder Pusat. Batang Monokotil, Pada batang Monokotil, epidermis terdiri dari satu lapis sel, batas antara korteks dan stele umumnya tidak jelas. Pada stele monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang artinya di antara xilem dan floem tidak ditemukan kambium. Tidak adanya kambium pada Monokotil menyebabkan batang Monokotil tidak dapat tumbuh membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder. Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat mengadakan pertumbuhan menebal sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline sp) dan pohon Nenas seberang (Agave sp).
Daun, anatomi pada daun adalah Daun merupakan modifikasi dari batang, merupakan bagian tubuh tumbuhan yang paling banyak mengandung klorofil sehingga kegiatan fotosintesis paling banyak berlangsung di daun. Anatomi daun dapat dibagi menjadi 3 bagian : Epidermis, merupakan lapisan terluar daun, ada epidermis atas dan epidermis bawah, untuk mencegah penguapan yang terlalu besar, lapisan epidermis dilapisi oleh lapisan kutikula. Pada epidermis terdapatstoma/mulut daun, stoma berguna untuk tempat berlangsungnya pertukaran gas dari dan ke luar tubuh tumbuhan. Parenkim/Mesofil daun terdiri dari 2 lapisan sel, yakni palisade (jaringan pagar) dan spons (jaringan bunga karang), keduanya mengandung kloroplast. Jaringan pagar sel-selnya rapat sedang jaringan bunga karang sel-selnya agak renggang, sehingga masih terdapat ruang-ruang antar sel. Kegiatan fotosintesis lebih aktif pada jaringan pagar karena kloroplastnya lebih banyak daripada jaringan bunga karang, dan Jaringan Pembuluh, daun merupakan lanjutan dari jaringan batang, terdapat di dalam
tulang daun dan urat-urat daun.
2.3.4 Reproduksi Pada Tumbuhan
Sistem Reproduksi Pada Tumbuhan. Waktunya belajar biologi lagi nih. Sistem Reproduksi Pada Tumbuhan terdiri dari Reproduksi Seksual dan Reproduksi Aseksual (yogi anggriawan, 2010)
Reproduksi seksual atau generatif terjadi persatuan dua macam gamet dari dua individu yang berbeda jenis kelaminnya, sehingga terjadi percampuran materi genetik yang memungkinkan terbentuknya individu baru dengan sifat baru.
Pada organisme tingkat tinggi mempunyai dua macam gamet, gamet jantan atau spermatozoa dan gamet betina atau sel telur, kedua macam gamet tersebut dapat dibedakan baik dari bentuk, ukuran dan kelakuannya, kondisi gamet yang demikian disebut heterogamet. Peleburan dua macam gamet tersebut disebut singami. Peristiwa singami didahului dengan peristiwa fertilisasi (pembuahan) yaitu pertemuan sperma dengan sel telur. Pada organiseme sederhana tidak dapat dibedakan gamet jantan dan gamet betina karena keduanya sama, dan disebut isogamet. Bila salah satu lebih besar dari lainnya disebut anisogamet.
Reproduksi Vegetatif pada tumbuhan dibagi menjadi dua bagian: reproduksi vegetatif alami, reproduksi vegetatif alami adalah reproduksi aseksual yang terjadi tanpa campur tangan pihak lain seperti manusia, dana reproduksi vegetatif buatan, reproduksi vegetatif buatan atau perbanyakan vegetatif dalam pertanian dan
botani.
2.4 Pengamatan Hewan
2.4.1 Klasifikasi Katak (Taksonomi Amphibi)
Klasifikasi katak yaitu sebagai berikut, Kerajaan Animalia, Filum Chordata, Upafilum Vert:ebrata, Superkelas Tetrapoda,dan Kelas Amphibia
Kelas Amphibi dibedakan menjadi 3 ordo, yaitu: Ordo Anura berasal dari kata An yang berarti tidak dan Ura yang berarti ekor, jadi Anura adalah kelompok amphibi yang anggotanya tidak mempunyai ekor. Biasanya tubuhnya terdiri atas kepala yang langsung menyatu dengan badan, tanpa memiliki ekor. Contohnya yaitu katak. Ordo Apoda berasal dari kata A yang berarti tidak dan Poda yang berarti Kaki, jadi Apoda adalah kelompok amphibi yang anggotanya tidak memiliki kaki. Tubuh terdiri atas kepala + badan + ekor, dan Ordo Urodela berasal dari kata Uro yang berarti ekor dan Dela yang berarti panjang/jelas, jadi Urodela adalah kelompok amphibi yang anggotanya memiliki ekor yang panjang. Tubuh terdiri atas kepala, badan, dan ekor. Contohnya Salamender (amin tabin, 2010).
2.4.2 Hewan Berdarah Dingin
Tahukah kamu apa itu yang dimaksud dengan istilah hewan berdarah dingin ? hewan berdarah dingin (Poikiloterm) adalah hewan yang tidak memiliki kemampuan menghasilkan panas tubuh dari makanan yang mereka makan, hewan-hewan jenis ini memanfaatkan temperatur suhu lingkungan sekitar untuk mengontrol suhu tubuh mereka. Contoh hewan berdarah dingin adalah adalah ular, buaya, kodok, kadal, kura-kura, laba-laba, ikan, dsb (anonim,2011)
Suhu yang tinggi menjelaskan mengapa banyak organisme berdarah dingin seperti ikan, ampibi, crustacea, dan kadal hidup lebih lama di daerah bergaris lintang besar daripada bergaris lintang kecil, menurut penelitian baru-baru ini diterbitkan dalam "Proceedings of the National Academy of sciences (PNAS) online". Asisten Profesor Dr Stephan Munch dan Ph.D. calon "Santiago Salinas", keduanya dari Universitas Stony Brook School of Atmospheric dan Ilmu Kelautan, ditemukan bahwa bermacam macam jarak suhu dari spesies untuk mengubah temperatur tubuhnya dengan temperatur lingkungannya, temperatur lingkungan adalah faktor dominan mengendalikan geografis variasi dalam jangka hidup spesies (anonim,2011).
Melihat pada data jangka hidup dari lab dan pengamatan lapangan selama lebih dari 90 spesies dari bumi, air tawar, lingkungan laut. Mereka belajar organisme yang berbeda dengan rata-rata umurnya - dari Arcartia tonsa, yang memiliki jangka hidup dari rata-rata 11,6 hari, dengan mutiara remis Margaritifera margaritifera, yang memiliki rata-rata jangka hidup dari 74 tahun. Mereka menemukan bahwa dari berbagai jenis, suhu yang konsisten yang bereksponensial berkaitan dengan jangka hidupnya (anonim,2011).
Hubungan antara suhu dan jangka hidup dari penelitian Munch dan Salinas, ditemukan melalui analisis data dengan cara yang serupa dengan hubungan yang memprediksi teori metabolis ekologi (MTE). Teori ini, yang merupakan kerangka pemodelan yang telah digunakan untuk menjelaskan cara pada sejarah kehidupan, dinamika populasi, pola geografis, dan proses ekologi skala hewan dengan ukuran tubuh dan suhu.
Jangka hidup di dari 87% makhluk hidup bebas dan spesies yang Munch Salinas pelajari bervariasi sebagai prediksi MTE. Namun setelah mengeluarkan efek suhu, masih terdapat banyak variasi di dalam jangka hidup spesies ini, menunjukkan bahwa lainnya, faktor lokal masih memainkan peran dalam menentukan jangka hidup (anonim,2011).
2.4.3 Hewan Berdarah Panas
Homoiterm adalah hewan berdarah panas. Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air (anonim,2011).
Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia (anonim,2011).
2.4.4 Sistem Pencernaan Hewan
Ruminansia adalah kelompok hewan mamalia yang bisa memah (memakan) dua kali sehingga kelompok hewan tersebut dikenal uga sebagai hewan memamah biak. Dalam sistem klasifikasi, manusia dan hewan ruminansia pada umumnya mempunyai kesamaan siri dari sistem pencernaan hewan ruminansia dan manusia. Seperti halnya pada manusia, hewan ruminansia memiliki seperangkat alat pencernaan seperti rongga mulut (gigi) pada hewan ruminansia terdapat gigi gerahan yang besar yang berfungsi untuk menggiling dan menggilas serta mengunyah rerumputan yang mengandung selulosa yang sulit dicerna. Selain rongga mulut hewan ruminansia memiliki persamaan dalam alat pencernaan yaitu esophagus, lambung dan usus. Yang membedakan hewan ruminansia dan manusia yaitu susunan dan fungsi alat pencernaan , terutama susunan dan fungsi dari gigi dan lambung (nuraqidah, 2011).
Lambung hewan ruminansia terdiri atas lambung pengunyah, yaitu rumen (perut besar) dan retikilum (perut gala), serta lambung kelenjar yaitu omasum ( perut lutab) dan abomasums (perut masam). Abomasum merupakan lambung sesungguhnya yang juga dimiliki mamalia lainnya.
Mekanisme pencernaan makanan hewan ruminansia adalah makanan berupa rumput yang telah dikunyah di dalam mulut masuk ke dalam rumen melalui esophagus makanan disimpan sementara dirumen. Selanjutnya, makanan menuju retikulum dan dicerna di dalamnya. Makanan yang telah dicerna kemudian dikeluarkan kembalai ke mulut. Didalam mulut dikunyah kembali dan sitelan lagi ke retikulum, proses ini disebut memamah biak. Selanjutnya makanan masuk ke omasum, di sini terjadi proses penyerapan air. Selanjutnya makanan diteruskan ke abomasum (perut masam) makanan yang sudah dicerna di abomasum akan akan diteruskan ke usus halus. Di usus halus terjadi proses penyerapan sari-sari makanan, sisa-sisa makanan yang tidak diserap dikirim ke ususu besar. Setelah mengalami penyerapan air, sisa makanan berupa ampas dikeluarkan melalui anus (nuraqidah, 2011).
Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti pada sapi untuk fermentasi seluIosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi di lambung. Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena proses pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum. Sedangkan pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan sekum yang kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu (nuraqidah, 2011).
2.4.5 Sistem Reproduksi Katak
Sistem Genitalia Amphibi Jantan. Pada amphibi jantan, testis berjumla,h sepasang, berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium. Sebelah kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen. Saluran reproduksinya yaitu, Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya saat musim kawin saja. Vasa aferen merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju ke bagian kranial ginjal. Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai (yogianggriawan, 2010).
Pada urodela lebih panjang daripada salientia yang berbentuk oval sampai bulat dan lebih kompak. Pada caecilian, strukturnya panjang seperti rangkaian manik-manik. Pada salamander testis terlihat lebih pendek dengan permukaan yang tidak rata. Badan lemak terlihat pada gonad jantan (yogianggriawan, 2010).
Sistem Genitalia Amphibi Betina. Pada betina, ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan lemak berwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupum korpus adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan pars progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium.
Saluran reproduksi berupa oviduk yang merupakan saluran berkelok-kelok. Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya yang disebut oskum abdominal. Oviduk di sebelah kaudal mengadakan pelebaran yang disebut dutus mesonefrus. Dan akhirnya bermuara di kloaka. (Buku SH II, diktat asistensi Anatomi Hewan) (yogianggriawan, 2010)
Pembuahan Eksternal. Sistem reproduksi pada amphibi, pembuahannya terjadi secara eksternal, artinya penyatuan gamet jantan dan gamet betina terjadi di luar tubuh. Pada pembuahan eksternal biasanya dibentuk ovum dalam jumlah besar, karena kemungkinan terjadinya fertilisasi lebih kecil dari pada pembuahan secara internal (yogianggriawan, 2010).
Pada katak betina menghasilkan ovum yang banyak, kalau kita membedah katak betina yang sedang bertelur, kita akan menjumpai bentukan berwarna hitam yang hampir memenuhi rongga perutnya, itu merupakan ovarium yang penuh berisi sel telur, jumlahnya mencapai ribuan.Pada katak betina juga ditemukan semacam lekukan pada bagian leher, yang berfungsi sebagai tempat ”pegangan” bagi katak jantan ketika mengadakan fertilisasi. Hal ini diimbangi oleh katak jantan dengan adanya struktur khusus pada kaki depannya, yaitu berupan telapak
yang lebih kasar (yogianggriawan, 2010).
2.5 Memahami Konsep Hukum Mendel
2.5.1 Hukum Mendel
Teori pertama tentang sistem pewarisan yang dapat diterima kebenarannya dikemukakan oleh Gregor Mendel pada tahun 1865. Teori ini diajukan berdasarkan penelitian persilangan berbagai varietas kacang kapri (Pisum sativum). Dalam percobaannya Mendel memilih tanaman yang memiliki sifat biologi yang mudah diamati. Berbagai alasan dan keuntungan menggunakan tanaman kapri yaitu, Tanaman kapri tidak hanya memiliki bunga yang menarik, tetapi juga memiliki mahkota yang tersusun sehingga melindungi bunga kapri terhadap fertilisasi oleh serbuk sari dari bunga yang lain. Hasilnya, tiap bunga menyerbuk sendiri secara alami; Penyerbukan silang dapat dilakukan secara akurat dan bebas, dapat dipilih mana tetua jantan dan betina yang diinginkan; Mendel dapat mengumpulkan benih dari tanaman yang disilangkan, kemudian menumbuhkannya dan mengamati karakteristik (sifat) keturunannya (anonim, 2011).
Mendel mempelajari beberapa pasang sifat pada tanaman kapri. Masing-masing sifat yang dipelajari adalah: tinggi tanaman, warna bunga, bentuk biji, dan lain-lain yang bersifat dominan dan resesif. Mula-mula Mendel mengamati dan menganalisis data untuk setiap sifat, dikenal dengan istilah monohibrid. Selain itu Mendel juga mengamati data kombinasi antar sifat, dua sifat (dihibrid), tiga sifat (trihibrid) dan banyak sifat (polihibrid). Hasil percobaannya ditulis dalam makalah yang berjudul Experiment in Plant Hybridizatio (anonim, 2011).
Varietas-varietas yang disilangkan disebut tetua atau parental (P). Biji-biji hasil persilangan antar parental disebut biji filial-1 (F1). Ciri-ciri F1 dicatat dan bijinya ditanam kembali. Tanaman yang tumbuh dari bij F1 dibiarkan menyerbuk semdiri untuk menghasilkan biji generasi berikutnya (F2). Dalam percobaannya Mendel mngamati sampai generasi F7, dan juga melakukan persilangan antara F1 dengtan salah satu tetuanya (test cross). Hasil percobaan monohibrid menunjukkan bahwa pada seluruh tanaman F1 hanya ciri (sifat) dari alah satu tetua yang muncul. Pada generasi F2, semua ciri yang dipunyai oleh tetua (P) yang disilangkan muncul kembali. Ciri sifat tetua yang hilang pada F1 terjadi karena tertutup, kemudian disebut ciri resesif, dan yang menutupi disebut dominan. Dari seluruh percobaab monohibrid untuk 7 sifat yang diamati, pada F2 terdapat perbandingan yang mendekati 3:1 antara jumlah individu dengan ciri dominan:resesif (anonim, 2011).
Sebagai salah satu kesimpulan dari percobaan monohibridnya, Mendel menyatakan bahwa setiap sifat iorganisme ditentukan oleh faktor, yang kemudian disebut gen. Faktor tersebut kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam setiap tanaman terdapat dua faktor (sepasang) untuk masing-masing sifat, yang kemudian dikenal dengan istilah 2 alel; satu faktor berasal dari tetua jantan dan satu lagi berasal dari tetua betina. Dalam penggabungan tersebut setiap faktor tetap utuh dan selalu mempertahankan identitasnya. Pada saat pembentukkan gamet, setiap faktor dapat dipisah kembali secara bebas (anonim, 2011).
Hukum Mendell I dikenal juga dengan Hukum Segregasi menyatakan: ‘pada pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan dipisahkan dalam dua sel anak’. Hukum ini berlaku untuk persilangan monohibrid (persilangan dengan satu sifat beda). Contoh dari terapanHukum Mendell I adalah persilangan monohibrid dengan dominansi. Persilangan dengan dominansi adalah persilangan suatu sifat beda dimana satu sifat lebih kuat daripada sifat yang lain. Sifat yang kuat disebut sifat dominan dan bersifat menutupi, sedangkan yang lemah/tertutup disebut sifat resesif (anonim, 2011).
Hukum Mendell II dikenal dengan Hukum Independent Assortment, menyatakan: ‘bila dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak bergantung pada sifat pasangan lainnya’. Hukum ini berlaku untuk persilangan dihibrid (dua sifat beda) atau lebih.(anonim, 2011)
2.5.2 Sifat Dominan dan Resesif
Pada suatu persilangan, maka keturunan (Filial) yang dihasilkan akan memiliki sifat yang muncul atau sifat yang tidak muncul (tersembunyi) dari salah satu sifat induknya. Sifat yang muncul pada keturunan dari salah satu induk dengan mengalahkan sifat pasangannya disebut sifat dominan. Sebaliknya sifat yang tidak muncul atau tersembunyi pada keturunanya karena dikalahkan oleh sifat pasangannya disebut sifat resesif. Misalnya bunga mawar merah disilangkan dengan bunga mawar putih, dan menghasilkan keturunan bunga mawar merah (sakeral, 2008).
Induk/ Parental: Bunga mawar merah > < Bunga mawar putih
Keturunan/ Filial: Bunga mawar merah
Warna merah bersifat dominan, sedangkan warna putih bersifat resesif (alel warna merah dominan terhadap alel warna putih). Warna merah yang bersifat dominan dibandingkan dengan warna putih, maka menyebabkan semua bunga mawar pada keturunan pertama atau filial ke-1 (F1) akan berwarna merah.(sakeral, 2008)
2.5.3 Sifat Intermediet
Siat intermediet adalah sifat keturunan yang dimiliki oleh kedua induknya. Contohnya adalah tanaman bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) galur murni merah (MM) disilangkan dengan galur murni putih (mm). Dari persilangan tersebut diperoleh hasil F1 yang semuanya berbunga merah muda. Jika F1 di lakukan penyerbukan dengan sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman berbunga merah, merah muda, dan putih dengan perbandingan 1 : 2 : 1 (sakeral, 2008).
Persilangan Dua Individu dengan Dua Sifat Beda (Dihibrid) adalah persilangan dua individu dengan dua sifat beda atau lebih yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip dan genotip tertentu. Pada percobaannya, Mendel melakukan persilangan kacang ercis galur murni yang memiliki biji bulat warna kuning dengan galur murni yang memiliki biji keriput warna hijau. Sifat bulat dan kuning dominan terhadap sifat keriput dan hijau, sehingga menghasilkan seluruh F1 berupa kacang ercis berbiji bulat dengan warna biji kuning (sakeral, 2008).
Biji-biji F1 tersebut kemuadian ditanam kembali dan dilakukan penyerbukan antara sesamanya untuk mendapatkan F2. Persilangan tersebut merupakan persilangan dua individu dengan dua sifat beda, ialah bentuk biji dan warna biji. Keturunan pada F2 adalah sebagai berikut, B : bulat, dominan terhadap keriput, b : keriput, K : kuning, dominan terhadap hijau, dan k : hijau
Persilangan Dua Individu dengan Tiga Sifat Beda (Trihibrid) adalah persilangan dua individu dengan tiga sifat beda atau lebih yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotip dan genotip tertentu. Pada percobaannya, Mendel melakukan persilangan kacang ercis dengan tiga sifat beda, ialah batang tinggi, biji bulat, dan biji warna kuning dengan kacang ercis berbatang pendek, biji keriput, dan biji warna hijau. Sifat tinggi, bulat, dan kuning dominan terhadap pendek, keriput, dan hijau, maka seluruh F1 berupa kacang ercis yang berbatang tinggi, berbiji bulat, dan berwarna kuning (sakeral, 2008).
Keturunan F1 dapat dilihat pada bagan persilangan trihibrid. Biji-biji F1 tersebut kemudian ditanam kembali dan dilakukan penyerbukan antara sesamanya untuk mendapatkan F2. Persilangan tersebut merupakan persilangan dua individu dengan tiga sifat beda, ialah ukuran batang, bentuk biji dan warna biji. Keturunan pada F2 adalah sebagai berikut, T : tinggi, dominan terhadap pendek, t : pendek, B : bulat, dominan terhadap keriput, b : keriput, K : kuning, dominan terhadap
hijau, k : hijau
2.6 Pengamatan Transpirasi
2.6.1 Pengertian Transpirasi
Air merupkan salah satu faktor penentu bagi berlangsungnya kehidupasn tumbuhan. Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbunhan selalu mengalami fluktuasi tergantung pada kecepatan proses masuknya air kedalam tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan, dan kecepatan proses hilangnya air dari tubunh tumbuhan. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan uap atau gas. Proses keluarnya atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk gas keudara disekitar tumbuhan dinamakan transpirasi (anonim, 2009).
Transpirasi adalah evaporasi air dari tumbuhan termasuk gerakan air melalui seluruh kesatuan tanah-tumbuhan-atmosfer (anonim, 2010).
2.6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Transpirasi
Kegiatan transpirasi terpengruh oleh banyak faktor baik faktor-faktor dalam maupun faktor-faktor luar, Yang terhitung sebagai faktor-faktor dalam adalah: Besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu di permukaan daun, banyak sedikitnya stomata bentuk dan lokasi stomata. Hal-hal ini semua mempengaruhi kegiatan transpirasi
Bentuk serta distribusi stomata, Lubang stomata yang tidak bundar melainkan oval itu ada sangkut paut dengan intensitas pengeluaran air. Juga yang letaknya satu sama lain di perantaian oleh suatu juga jarak yang tertentu itu pun mempengaruhi intensitas penguapan. Jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan maka penguapan dari lubang yang satu malah menghambat penguapan dari lubang yang berdekatan.
Membuka dan menutupnya stomata, mekanisme mebuka dan menutupnya stomata berdasarkan suatu perubahan turgor itu adalah akibat dari perubahan nilai osmosis dari isi sel-sel penutup. banyaknya stomata, pada tanaman darat umumnya stomata itu kedapatan pada permukaan daun bagian bawah. Pada beberapa tanaman permukaan atas dari daun pun mempunyai stomata juga. Temperatur berpengaruh pada membuka dan menutupnya stomata. Pada banyak tanaman stoma tidak berserdia membuka jika temperatur ada disekitar 0 derajat celcius (Anonim, 2009).
Faktor-faktor luar yang mempengaruhi transpirasi adalah Sinar matahari, Sinar menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan menutupnya stoma jadi banyak sinar mempercepat transpirasi; Temperatur, Pengaruh temperatur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain yaitu didalam hubungannya dengan tekanan uap air didalam daun dan tekanan uap air diluar daun, kenaikan temperatur menambah tekanan uap didalam daun, kelembaban udara, angin, dana keadaan air didalam tanah (Anonim, 2009).
Walaupun beberapa jenis tumbuhan dapat hidup tanpa melakukan transpirasi, tetapi jika transpirasi berlangsung pada tumbuhan agaknya dapat memberikan beberapa keuntungan bagi tumbuhan tersebut misalnya dalam: Mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xylem, menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal, sebagian salah satu cara untuk menjaga
stabilitas suhu (Anonim, 2009).
2.7 Pengamatan Fotosintesis
2.7.1 Pengertian Fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof (Anonim, 2011).
Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang. Meskipun masih ada langkah-langkah dalam fotosintesis yang belum dipahami, persamaan umum fotosintesis telah diketahui sejak tahun 1800-an. Pada awal tahun 1600-an, seorang dokter dan ahli kimia, Jan van Helmont, seorang Flandria (sekarang bagian dari Belgia), melakukan percobaan untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan massa tumbuhan bertambah dari waktu ke waktu. Dari penelitiannya, Helmont menyimpulkan bahwa massa tumbuhan bertambah hanya karena pemberian air. Namun, pada tahun 1727, ahli botani Inggris, Stephen Hales berhipotesis bahwa pasti ada faktor lain selain air yang berperan. Ia mengemukakan bahwa sebagian makanan tumbuhan berasal dari atmosfer dan cahaya yang terlibat dalam proses tertentu. Pada saat itu belum diketahui bahwa udara mengandung unsur gas yang berlainan. (Anonim, 2011)
Pada tahun 1771, Joseph Priestley, seorang ahli kimia dan pendeta berkebangsaan Inggris, menemukan bahwa ketika ia menutup sebuah lilin menyala dengan sebuah toples terbalik, nyalanya akan mati sebelum lilinnya habis terbakar. Ia kemudian menemukan bila ia meletakkan tikus dalam toples terbalik bersama lilin, tikus itu akan mati lemas. Dari kedua percobaan itu, Priestley menyimpulkan bahwa nyala lilin telah "merusak" udara dalam toples itu dan menyebabkan matinya tikus. Ia kemudian menunjukkan bahwa udara yang telah “dirusak” oleh lilin tersebut dapat “dipulihkan” oleh tumbuhan. Ia juga menunjukkan bahwa tikus dapat tetap hidup dalam toples tertutup asalkan di dalamnya juga terdapat tumbuhan. (Anonim, 2011)
Pada tahun 1778, Jan Ingenhousz, dokter kerajaan Austria, mengulangi eksperimen Priestley. Ia memperlihatkan bahwa cahaya matahari berpengaruh pada tumbuhan sehingga dapat "memulihkan" udara yang "rusak". Ia juga menemukan bahwa tumbuhan juga 'mengotori udara' pada keadaan gelap sehingga ia lalu menyarankan agar tumbuhan dikeluarkan dari rumah pada malam hari untuk mencegah kemungkinan meracuni penghuninya. (Anonim, 2011)
Akhirnya di tahun 1782, Jean Senebier, seorang pastor Perancis, menunjukkan bahwa udara yang “dipulihkan” dan “merusak” itu adalah karbon dioksida yang diserap oleh tumbuhan dalam fotosintesis. Tidak lama kemudian, Theodore de Saussure berhasil menunjukkan hubungan antara hipotesis Stephen Hale dengan percobaan-percobaan "pemulihan" udara. Ia menemukan bahwa peningkatan massa tumbuhan bukan hanya karena penyerapan karbon dioksida, tetapi juga oleh pemberian air. Melalui serangkaian eksperimen inilah akhirnya para ahli berhasil menggambarkan persamaan umum dari fotosintesis yang menghasilkan makanan (seperti glukosa) (Anonim, 2011).
Hingga sekarang fotosintesis masih terus dipelajari karena masih ada sejumlah tahap yang belum bisa dijelaskan, meskipun sudah sangat banyak yang diketahui tentang proses vital ini. Proses fotosintesis sangat kompleks karena melibatkan semua cabang ilmu pengetahuan alam utama, seperti fisika, kimia, maupun biologi sendiri. Pada tumbuhan, organ utama tempat berlangsungnya fotosintesis adalah daun. Namun secara umum, semua sel yang memiliki kloroplas berpotensi untuk melangsungkan reaksi ini. Di organel inilah tempat berlangsungnya fotosintesis, tepatnya pada bagian stroma. Hasil fotosintesis (disebut fotosintat) biasanya dikirim ke jaringan-jaringan terdekat terlebih dahulu. Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama: reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida). (Anonim, 2011)
Reaksi terang terjadi pada grana (tunggal: granum), sedangkan reaksi gelap terjadi di dalam stroma. Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia dan menghasilkan oksigen (O2). Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi seri reaksi siklik yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 dan energi (ATP dan NADPH). Energi yang digunakan dalam reaksi gelap ini diperoleh dari reaksi terang.
Pada proses reaksi gelap tidak dibutuhkan cahaya matahari. Reaksi gelap bertujuan untuk mengubah senyawa yang mengandung atom karbon menjadi molekul gula. Dari semua radiasi matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm). Cahaya tampak terbagi atas cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 - 600 nm), biru (410 - 500 nm) dan violet (< 400 nm). Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya terhadap fotosintesis. Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang bekerja dalam fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Pigmen yang berbeda menyerap cahaya pada panjang gelombang yang berbeda. Kloroplas mengandung beberapa pigmen. Sebagai contoh, klorofil a terutama menyerap cahaya biru-violet dan merah (Anonim, 2011).
Klorofil b menyerap cahaya biru dan oranye dan memantulkan cahaya kuning-hijau. Klorofil a berperan langsung dalam reaksi terang, sedangkan klorofil b tidak secara langsung berperan dalam reaksi terang. Proses absorpsi energi cahaya menyebabkan lepasnya elektron berenergi tinggi dari klorofil a yang selanjutnya akan disalurkan dan ditangkap oleh akseptor elektron. Dari pembahasan tersebuk menhasilkan
6CO2 + 6H2O + CAHAYA --> 6O2 + C6H12O6
Proses ini merupakan awal dari rangkaian panjang reaksi fotosintesis. Ada dua proses fotosintesis yaitu: Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Reaksi ini memerlukan molekul air dan cahaya matahari. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena. Reaksi terang melibatkan dua fotosistem yang saling bekerja sama, yaitu fotosistem I dan II. Fotosistem I (PS I) berisi pusat reaksi P700, yang berarti bahwa fotosistem ini optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS II) berisi pusat reaksi P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680 nm (Anonim, 2011).
Mekanisme reaksi terang diawali dengan tahap dimana fotosistem II menyerap cahaya matahari sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi dan menyebabkan muatan menjadi tidak stabil. Untuk menstabilkan kembali, PS II akan mengambil elektron dari molekul H2O yang ada disekitarnya. Molekul air akan dipecahkan oleh ion mangan (Mn) yang bertindak sebagai enzim (Anonim, 2011).
Hal ini akan mengakibatkan pelepasan H+ di lumen tilakoid. Dengan menggunakan elektron dari air, selanjutnya PS II akan mereduksi plastokuinon (PQ) membentuk PQH2
2.7.2 Percobaan Sachs
Pada uji Sachs ini bertujuan melakukan uji apakah tanpa cahaya daun tidak berfotosintesis. Dasar percobaan ini adalah : Suatu ciri hidup yang hanya dimiliki oleh tumbuhan hijau adalah kemampuan dalam menggunakan karbon dioksida dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta direspirasikan /desssimilasi bahan organik dalam tubuhnya sehingga zat organik itu bisa digunakan untuk aktivitas, oleh karena proses pengubahan itu memerlukan cahaya, maka asimilasi zat karbon disebut fotosintesis. (anonim, 2011)
Dimana energi cahaya akan dirubah menjadi energi kimia dengan bantuan khlorofil pada daun, Fotosintesis berasal dari kata foton = cahaya, sintesis = penyusunan. Jadi Fotosintesis ialah proses pengubahan zat anorganik H2O dan CO2 oleh klorofil menjadi zat organik (glukosa/amylum / karbohidrat) dengan bantuan cahaya matahari, Karena bahan baku yang digunakan adalah zat karbon (karbondioksida) maka peristiwa ini disebut juga Asimilasi Carbon/ Asimilasi C, Karbohidrat yang dihasilkan diperlukan sebagi sumber energi utama bagi setiap organisme/ dirinya maka tumbuhan bersifat Autotrop atau dalam rantai makanan sebagai produsen (anonim, 2011).
III METODE PRAKTEK
3.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop
3.1.1 Waktu dan Tempat
Pada pratikum pengenalan dan penggunaan mikroskop dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2011, pada jam 14.00 WITA. Bertempat di Lab. Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT), Universitas Tadulako, Falkutas Pertanian.
3.1.2 Bahan dan Alat
Bahan yagn digunaka pada pratikum ini yaitu: Potongan kertas yang tertulis huruf “d” dan Butir-butir padi kentang, sedankan alat yang dihunakan yaitu: Mikroskop, Gelas objek dan gelas penutup Pipet, silet , Air dan Yodium
3.1.3 Cara Kerja
Pertama Menyiapkan dan menggunakan mikroskop: Keluarkan mikroskop dari kotaknya didalam lemari, letakkan hati-hati diatas meja, dana gunakan mikroskop sesuai dengan lankah-langkah yang telah dijelaskan agar diperoleh daya pisah yang maksimal. Mempersiapkan preparat, yang digunakan adalah preparat basah. Bahkan yang akan diamati diletakkan diatas gelas obyek, tetesi dengan medium air, tutup dengan gelas penutup dan usahakan agar tidak ada gelembung udara diatas obyek dan gelas penutup, caranya sbb: peganglah gelas penutup dengan posisi 450 terhadap gelas obyek, sentuhkan tepi bawahnya pada permukaan tetesan air dan perlahan-lahan rebahkan sehingga gelas penutup terletak diatas gelas obyek. Jika masih ada gelembung udara, pekerjaan ini diulangi lagi sampai berhasil.
Mengamati preparat, preparat yang sudah dipersiapkan anda letakkan dimeja mikroskop sedemikian sehingga preparat yang diamati terletak ditengah lubang meja mikroskop. Selanjutnya lakukan langkah-langkah yang sudah dijelaskan sebelumnya. Apabila preparat sudah terfokus maka bila akan menggunakan pembesaran yang lebih kuat, hanya pengatur halus saja yang boleh dipergunakan. Jangan sekali-sekali memutar pengatur kasar. Mengatur besarnya objek, pembesaran dari bayangan suatu obyek dapat diketahui dari angka pembesaran pada obyektif dan okuler.
Kedua Letakkan potongan huruf “d” pada gelas obyek, tutuplah dengan gelas penutup. Lalu amati preparat dengan lensa obyektif lemah. Bandingkan bentuk bayangan dengan bentuk obyek yang diamati. Bentuk bayangan apakah sama atau terbalik? Apakah bayangan tersebut merupakan bayangan cermin? Gambarlah bayangan tersebut; Sambil memandang kedalam okuler, geserlah preparat dari kiri kekanan. Kearah mana bayangan bergeser? Dan kemana arah bayangan jika preparat digeser kebelakang? Putar dudukan lensa objektif sehingga obyektif kuat berada dibawah okuler. Kerjakan hati-hati supaya tidak menyentuh gelas penutup. Jika bayangan kurang jelas, aturlah dengan memutar-mutar pengatur halus; Dengan penggantian obyektif lemah keobyektif kuat, apakah terjadi perubahan bidang pandang?; Apakah penggantian obyektif mengubah kedudukan bayangan?; dan berapa diameter bidang pandang mikroskop anda pada obyektif lemah (mm) dan berapa pada obyektif (ƞ).
Ketiga Keriklah sekerek kentang dengan jarum atau ujung silet sehingga cairannya keluar. Teteskan cairan tersebut pada gelas obyek, tutuplah dengan gelas penutup. Hindarkan timbulnya gelembung udara pada preparat. Aturlah diafragma agar butir pati kelihatan kontras terhadap air yang mengelilinginya, dan
amati butir pati tersebut.
3.2 Pengamatan Sel
3.2.1 Waktu dan Tempat
Pada pratikum pengamatan sel dilakukan pada tanggal 01 November 2011, pada jam 14.00 WITA. Bertempak di Lab. Agronomi, Universitas Tadulako, Falkutas Pertanian.
3.2.2 Bahan Dan Alat
Alat yang digunakan yaitu : Pipet tetes, skalpel, silet/cutter, sarum/lanset, gelas pengaduk, gelas arloji, pinset, gelas obyek, gelas penutup, mikroskop, cawan petri, botol elenmeyer, stoples dengan tutupnya (telur harus muat dalam toples), dana pita ukuran yang lentur (pita ukuran untuk menjahit).
Bahan di gunahkan yaitu : Darah katak, Alium cepa, Manihot esculenta, Hydrila verticilata, Alamanda catarica, Alkohol 70%, Kapas, Kertas isap, Pewarna (Eosin atau Matilen Blue), dan Telur Mentah
3.2.3 Cara Kerja
Pertama-tama pada Pengamatan Penampang Melintang Empulur Batang Ubi Kayu (Manihot Esculenta) Sebagai Gambaran Bentuk Sel Tumbuhan. Cara kerja dalam kegiatan ini adalah buatlah potongan melintang empulur batang ubi kayu setipis munkin, letakkan potongan kecil tersebut pada gelas obyek dan juga jangan sampai terjadi lipatan atau kerutan, tambahkan satu atau dua tetes air, kemudian tutuplah dengan gelas penutup, amatilah dibawah mikroskop dengan pembesaran paling lemah (10 X), kemudian gambar beberapa sel
Kedua pada Pengamatan Struktur Sel Umbi Lapis Bawang Merah (Allium Cepa) Sebagai Gambaran Sel Tumbuhan Dengan Bagian-Bagianya. Cara kerja dalam kegiatan ini adalah potonglah siung bawang merah segar, ambillah salah satu lapisan siung yang berdaging. Kemudian patahkanlah lapisan tersebut, sehingga bagian yang cekung tampak adanya epidermis tipis, dengan menggunakan pingset jepitlah epidermis tersebut dan lepaskan dari umbinya dengan berlahan-lahan, letakkan potongan kecil epidermis pada gelas objek dan jaga jangan sampai terjadi lipatan atau kerutan, tambahkan satu atau dua tetes air, kemudian tutuplah dengan gelas penutupa, amatilah dibawah mikroskop dengan pembesaran paling lemah (10X), kemudian gambar beberapa sel dan bagian-bagiannyat, teteskan satu tetes zat warna Yodium di salah satu tepi gelas penutup dan isaplah dengan kertas penghisap pada sisi yang berlawanan, kemudian amati dengan pembesaran yang lebih besar (40 X) sehingga terlihat dengan jelas bagian-bagian dari, dan dambarlah sel tersebut dengan bagian-bagian yang bisa anda kenali
Ketiga pada pengamatan struktur sel daun hydrilla verticilata sebagai gambaran sel tumbuhan. Cara kerja dalam kegiatan ini adalah ambillah selembar daun yang muda (atau daun pada pucuk) Hydrilla verticilata yang telah disiapkan, kemudian letakan diatas kaca objek dalam posisi bentangan membujur yang rata lalu tetesi dengan air, tutup daun tersebut dengan kaca penutup dengan hati-hati jangan sampai terbentuk gelembung udara, amati sel tumbuhan dibawah mikroskopa, perhatikan bentuk sel dan bagian-bagiannya seperti butir-butir kloroplat-kloroplas dan vacuola pada sitoplasma sel dana gambarlah sel lengkap dengan bagian-bagian yang anda kenali
Keempat pada Pengamatan Darah Katak Dan Darah Manusia, Sebagai Gambaran Sel Hewan. Cara kerja dalam kegiatan ini adalah sediakan kaca objek dengan kaca penutup yang telah dibersikan, ambil dengan pipet darah katak yang telah dicampur dengan larutan fisiologis, lalu tetes pada gelas objek dan tutup dengan gelas penutup, amati sedian tersebut dibawah mikroskop mulai dari pembesaran yang paling lemah dan lajutkan dengan pembesaran yang kuat, dan gambar 3-5 sebuah sel dan tuliskan bagian-bagiannya untuk darah manusia melakukan hal sebagai berikut.
Rendaman lanset dengan alkohol 70% dalam kaca arloji, bersihkan jari telunjuk anda dengan alkohol 70%, dengan menggunakan lanset tusukkan jari telunjuk dengan hati-hati dan oleskan darah tersebut pada kaca objek dengan membuang tetesan darah yang pertama amati sedian apusan darah tersebut dibawah mikroskop yang dimulai dengan pembesaran lemah kemudian pembesaran kuat, perhatikan dan gambar sel darah (eritrosit limposit,eosinofil,neutrofi, dan basofil).
Kelima pada Pengamatan Sifat Permeabilitas Membran Sel. Cara kerja dalam kegiatan ini adalah ukur dan catat garis tengah telur di sekeliling bagian tengahnya, catat bagaimana benyuk telur, masukka telur ke dalam stoples. Jangan sampai kulitnya pecah, tuangkan cuka ke dalam stoples sampai seluruh telur terendam kemudian stoples ditutup,a mati perubahan yang terjadi pada telur secara periodik selama 72 jam, keluarkan telur setelah 72 jam dan ukur garis tengahnya, bandingkan bentuk dan ukuran telur sebelum dan sesudah direndam di dalam cuka, setelah mencatat perubahan yang terjadi bukalah kulit telur. Jangan sampai selaput telur ikut terbuka. masukkan telur tersebut kedalam stoples yang telah berisi sirup dengan ketinggian sekitar 7,5 cm, tutup stoples dan biarkan selama 72 jam, dan bandingkan bentuk dan ukuran telur sebelum dan sesudah
kulit telur dibuka.
3.3 Pengamatan Tumbuhan
3.3.1 Waktu dan Tempat
Pada pratikum pengamatan tumbuhan dilakukan pada tanggal 08 November 2011, pada jam 14.00 WITA. Bertempak di Lab. Holtikultural, Universitas Tadulako, Falkutas Pertanian
3.3.2 Bahan Dan Alat
Bahan yang digunahkan yaitu : Tumbuhan dikotil lengkap (akar, batang, daun) Tumbuhan monokotil lengkap (akar, batang, daun), Bunga kamboja, bunga mawar, bunga kembang sepatu, Stek ubi kayu, Kecambah kacang. Dan Alat yang digunahkan yaitu : Kaca arloji, Pisau silet, Kuas kecil, Jarum preparat, Mikroskop, Kaca pembesar, Silet Gelas objek dan gelas penutup.
3.3.3 Cara Kerja
Pertama ialah Pengamatan Morfologi Tumbuhan. Cara kerjanya yitu : Ambil masing-masing satu pohon dari kelompok tumbuhan monokotil dan dikotil, Amati morfologi akar, batang dan daun, dan Gambarlah ketiga organ tersebut pada kedua kelompok tumbuhan
Lakah kedua ialah Pengamatan Anatomi Tumbuhan. Caranya kerjanya yaitu Siapkan kaca objek dan kaca penutup yang telah dibersihkan, Buatlah irisan melintang akar, batang dan daun dari tanaman dikotil dan monokotil, Dengan menggunakan kuas kecil ambil irisan tersebut, kemudian letakkan di atas kaca objek secarah terpisah dan tetesi dengan air atau pewarna, Tutup dengan kaca penutup secara perlahan, Amati dibawah mikroskop, dan Gambar dan berikan keterangan secara lengkap.
Lankah ketiga ialah Pengamatan Reproduksi Tumbuhan : lakah-lannkah kerjanya yaitu Ambil bunga lengkap suatu tumbuhan yang telah disiapkan, Ambil daun kelopak (sepal) dan daun mahkota (petal). Perhatikan bagaimana kedua macam bagian tersebut melekat satu sama lain atau pada dasar bunganya. Juga perhatikan bagaimana stamen (benang sari) melekat pada dasar bunga atau pada petalnya. Ambil pistilnya (putik). Lihat bakal buahnya (ovari yaitu bagian yang membengkak pada dasar pistil. Belahlah bakal buahnya secara membujur dan perhatikan bagian-bagian yang di dalamya, Buatlah sketsa dari bunga yang anda amati serta sebutkan nama bagian-bagiannya. Uraikan bagaimana struktur bagian bunga berperan dalam reproduksi seksual, Ambil sebuah kecambah dan gambar.
Dan Ambil satu batang stek tanaman kemudian gambar.
3.4 Pengamatan Hewan
3.4.1 Waktu dan Tempat
Pada pratikum pengamatan hewan, dilakukan pada tanggal 15 November 2011, pada jam 14.00 WITA. Bertempak di Lab. Beni , Universitas Tadulako, Falkutas Pertanian
3.4.2 Bahan Dan Alat
Bahan yang digunahkan yaitu : Katak sawah (Rana cancrivora) dan katak batu (Rana macrodon), Eter (bahan pembius), dan Kapas. Sedankan Alat yang digunahkan yaitu : Papan bedah, Paku kecil, Pisau bedah (pisau silet), Gunting kecil, dan Erlenmeyer.
3.4.3 Cara Kerja
Pertama yang dilakukan ialah Pengamatan Morfologi Hewan. Langkah-langkah kerjanya yaitu : Ambil seekor katak, kemudian masukan kedalam erlenmeyer yang berisi kapas dan eter, Biarkan sampai beberapa saat, Setelah katak pingsan, letakkan diatas papan bedah dalam keadaan tertelungkup, dan Amati dan gambar morfologi serta berikan keterangan ekstremitas anterior dan posterior.
Lankah kedua ialah Pengamatan Sistem Pencernaan, Langkah-langkah kerjanya yaitu : Setelah diamati bagian morfologi selanjutnya diadakan pembedahan secara hati-hati dan Gambar dan amati bagian- bagian dari sistim pencernaan.
Lankah ketiga ialah pengamatan sistim reproduksi. Langkah-langkah kerjanya yaitu Setelah diamati bagian-bagian sistim pencernaan, dilanjutkan pengamatan pada sistim reproduksi, Amati dan gambar bagian- bagian organ
genitalia jantan dan batina.
3.5 Memahami Konsep Hukum Mendel
3.5.1 Waktu dan Tempat
Pada pratikum memahami konsep hukum mendel dilakukan pada tanggal 22 November 2011, pada jam 14.00 WITA. Bertempak di Lab. Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT), Universitas Tadulako, Falkutas Pertanian.
3.5.2 Bahan Dan Alat
Bahan yang digunahkan yatitu Kancing model-model gen, dan Alat yang digunahkan yatitu Kotak
3.5.3 Cara Kerja
Langkah-langkah kerja dalam metode ini yaitu Tempatkan dalam dua buah kotak masing-masing 50 butir model gen merah dan 50 butir model gen putih, Andaikan kotak-kotak itu masing-masing (A) induk jantan dan kotak (B) induk betina, Kemudian kocoklah kotak-kotak itu agar isinya bercampur., Sekarang buatlah pasangan gen-gen dari induk jantan dengan gen-gen dari induk betina. Dengan cara menutup mata setiapkali mengambil setiap butir gen dari kotak jantan dan sebutir dari kotak betina, dan Daftarlah hasil pengamatan yang anda
peroleh kedalam tabel.
3.6 Pengamatan Transpirasi
3.6.1 Waktu dan Tempat
Pada pratikum pengamatan dilakukan pada tanggal 29 November 2011, pada jam 14.00 WITA. Bertempak di Lab. Agronomi, Universitas Tadulako, Falkutas Pertanian.
3.6.2 Bahan Dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan yaitu : Rak dan tabung reaksi, Kertas grafik, Air, Minyak kelapa, Alat tulis, 3 jenis tumbuhan yang berbeda morfologi, Gelas ukur
3.6.3 Cara Kerja
Peratama-tama yang dilakukan ialah Potonglah batang atau rangting tumbuhan dibawah permukaan air. Usahakan potongan selalu berada didalam air demikian juga sewaktu memasukan potongan atau rangtin tumbuhan kedalam gelas ukur usahakan selalu terendam. Gunakan 3 macam tumbuhan untuk dimasukan kedalam 3 gelas ukur 10 ml dengan 5 ml air. Satu gelas tanpa tumbuhan, hanya berisi air saja (kontrol). Setelah itu susunlah dalam rak tabung reaksi. Ingat ketinggian air harus sama dengan gelas kontrol, kemudian tetesi dengan minyak kelapa sampai seluruh permukaan tertutup dengan minyak kelapa, maksudnya agar air tidak menguap dari dalam tabung reaksi.
Setelah itu, satu rangkaian gelas ukur diletakan di lapangan terbuka. Catat air yang hilang/menguap setiap 10 menit selama 1 jam. Jumblah air yang hilang setiap 10 menit dapat dihitung dengan menambahkan sejumlah air hingga mencapai tinggi permukaan semula.
3.7 Pengamatan Fotosintesis
3.7.1 Waktu dan Tempat
Pada pratikum pengamatan fotosintesis dilakukan pada tanggal 29 November 2011, pada jam 14.00 WITA. Bertempak di Lab. Agronomi, Universitas Tadulako, Falkutas Pertanian
3.7.2 Bahan Dan Alat
Percobaan yang penulis lakukan kalia ini yaitu percobaan Sachs adapun alat yang digunahkan yaitu : Cawan Petri, Permanas listrik, Pinset , Gelas piala 100 ml 2 buah. Sedankan bahan yang digunahkan yaitu : Air aqua, Alkohol 70%, Larutan lugol/iodium, Dau tumbuhan, dan Kertas timah
3.7.3 Cara Kerja
Langkah kerja dalam percobaan Sachs adalah sebagai berikut : Pilihlah tumbuhan yang ada didekat laboratorium dengan daun yang baik dan segar. Daun dari tanaman singkong biasanya memberikan hasil yang lebih baik, Pada sore hari tutuplah bagian tengah daun dengan kertas timah, lipat dan beri penjepit agar tidak terlepas, Pada keesokan harinya, setelah daun terkena cahaya matahari selama beberapa jam, petiklah daun tersebut dan buka kertas timah, masukkan kedalam air mendidih hingga agak layu.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop
4.1.1 Hasil
Hasil yang diperoleh pada praktikum pengenalan dan pengamatan mikroskop adalah sebagai berikut :
Keterangan
1. Lensa okuler
2. Lensa objektif
3. Tabung mikroskop
4. Revoler
5. Pengatur kasar
6. Pengatur halus
7. Meja objek
8. Penjepit
9. Diafragma
10. Cermin
11. kaki mikrokop
12. Lengan mikroskop
Gambar 1 : Mikroskop beserta Komponennya
Gambar 2 : Preparat berupa potongan kertas dengan bertuliskan huru “d” sebelum
diamati dibawah mikroskop
Gambar 3 : Hasil Pengamatan sari pati pada kentang (Solanum tuberosum)
sebelum di warnai yang di amati pada mikroskopdengan pembesaran 10x
4.1.2 Pembahasan
Dari hasil pratikum di atas kita dapak megetahui bagian-bagian dari mikroskop, yaitu, lensa okeler, lensa objektif, tabung mikroskop, revoler, pengatur kasar, pengatur halus, meja objek, penjepit, diafragma, cermin, kaki mikroskop, dan lengan mikroskop.
Leonardo Davici dan Nauro Vyco abad ke 19 menyatakan bahwa mikroskop adalah suatu alat yang digunakan untuk melihat bendab-benda sangat kecil dan mempunyai bagian-bagian tertentu yang terdiri dari optik dan electron. Dalam mikroskop yang modern lensa obyektib terdiri dari 5-10 buah, sementara system okuler terdiri dari 2-3 buah, sehingga pembesaranya dapat mencapai 2000x (wawan junaidi, 2009).
Mikroskop terdiri dari dua kata, yakni mikro yang berarti kecil dan skop yang artinya alat, jadi mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda yang kecil yang tidak dapat dideteksi dengan mata telanjang. (Menurut Antony Vanleuwen Hoak pada tahun 1632-1725, dalam menggunakan mikroskop memperhatikan agar tidak rusak terutama lensa (sulistya indrianisu, 2010).
Dari hasil percobaan yang dilakukan, sebuah mikroskop dapat memperbesarkan sebuah benda agar dapat terlihat oleh mata, dan mikroskop juga membuat benda bersifat terbalik dan bersifat maya. Ini di buktikan pada percobaan yang mengunahkan huruf “d”. ketika di letakan dan di lihak mengunahkan mikroskop huruf “d” berbalik menjadi huruf “p” dan di perbesar.
Kondensor berfungsi untuk mengatur bayangan yang akan diamati hal inilah yang megakibatkan bayagan bersifak maya, diperbesar, dan terbalik (mega triyangti, 2010).
Pada hasil pengamatan sari pati pada kentang (Solanum tuberosum) sebelum di warnai yang di amati pada mikroskopdengan pembesaran 10x, dapak dilihat bentuk dari sari pati kentang seperti butiran kristal dan tersusun secara rapak, butiran kristal ini ada yang besar dan ada yang kecil.
4.2 Pengamatan Sel
4.2.1 Hasil
Keterangan
1. Dinding sel
Gambar 4 : bentuk irisan melintang empulur ubi kayu (Manihot esculenta)
Keterangan
1. Inti sel
2. Dinding sel
3. Sitoplasma
Gambar 5 : strutur umbi lapis bawang merah
KETERANGAN
1. Dinding Sel
2. Butir klorofil
3. Ruang antar sel
4. Inti Sel
5. Sitoplasma
Gambar 6 : Struktur sel daun Hydrilla verticilata yang diamati pada
pembesaran 10x
Gambar 7 : struktur sel darah katak yang di amati pada pembesaran 10x
Tabel 1. Perubahan Diameter Telur Sebelum dan Setelah di Rendam larutan Cuka
Bentuk telur | Waktu / jam | ||
Oval | 24 jam | 48 jam | 72 jam |
Panjang : 16,5 cm | Panjang : 17,5 cm | Panjang : 17,5 cm | |
Lebar : 14 cm | Lebar : 15 cm | Lebar : 16 cm |
Tabel 2. Perubahan Diameter Telur Sebelum dan Setelah di Rendam Larutan
Sirup
Bentuk telur | Waktu / jam | ||
Oval | 24 jam | 48 jam | 72 jam |
Panjang : 15 cm | Panjang : 15 cm | Panjang : 15 cm | |
Lebar : 13,2 cm | Lebar : 13 cm | Lebar : 13 cm |
4.2.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan struktur sel empulur batang ubi kayu (Manihot esculenta) dengan pembesaran 10x tidak tampak adanya inti sel, sitoplasma dan ruang antar sel, melainkan yang tampak hanya dinding sel, hal ini disebabkan karena sel empulur batang ubi kayu (Manihot esculenta) merupakan sel mati.
Pada pengamatan struktur sel tumbuhan dengan menggunakan umbi lapis bawang merah (Alium cepa) yang dapat dilihat pada pembesaran 10x yaitu ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma. Komponen utama sel tumbuhan adalah dinding sel, sitoplasma dan nukleus. Dinding sel berfungsi untuk melindungi bagian dalam sel dan membentuk bagian sel. Sitoplasma berfungsi sebagai tempat mengapungnya organel-organel sel. Selain itu juga terdapat ruang antar sel.
Pada pengamatan struktur daun Hydrilla (Hydrilla verticillata) yang dapat di lihat dengan pembesaran 10x yaitu butir-butir kloroplast, jaringan tulang daun, sitoplasma, dinding sel, dan ruang antar sel. Tumbuhan ini termasuk dalam kelas Hidrozoa, karena tumbuhan ini hidup di air.
Pada perendaman telur pada larutan cuka yang diameter mula-mulanya adalah 16,5 cm dan berbentuk lonjong, telur mengapung. Namun setelah direndam selama 72 jam, di sekeliling telur terdapat gelembung udara yang mengelilingi permukaan telur serta ukuran telur terus bertambah menjadi 17,5 cm dan tetap terapung. Hal ini disebabkan terjadinya perpindahan konsentrasi, dari konsentrasi larutan cuka yang rendah ke konsentrasi telur yang lebih tinggi yang terjadi melalui membran sel yang semipermeabel. Sehingga menyebabkan perubahan diameter dan bentuk pada telur. Peristiwa ini disebut dengan osmosis.
Pada perendaman telur dengan menggunakan sirup cocopandan, keadaan telur berubah menjadi terapung dan diameter telur turun drastis sehingga telur menjadi kecil dan terapung. Setelah perendaman selama 72 jam dengan larutan sirup cocopandan ukuran telur semakin bertambah kecil yaitu menjadi 13 cm dan tetap berbentuk oval serta kulit telur mengkerut. Peristiwa ini disebabkan karena konsentrasi yang dimiliki oleh sirup lebih rendah dibandingkan telur. Sehingga membran sel telur berusaha menyamakan kosentrasi dengan medium (sirup cocopandan) dengan cara mengeluarkan zat atau molekul yang sederhana dan kecil dari dalam sel telur (semipermeabel). Peristiwa mengkerutnya sel karena keluarnya cairan dari alam sel disebut Krenas.
4.3 Pengamatan Tumbuhan
4.3.1 Hasil
Keteragan :
1. Pankal akar
2. Bulu akar
3. Ujung Akar
Gambar 8 : Morfologi akar tunbuhan monkotil
Keteragan
1. Pankal akar
2. Tudun akar
3. Akar kalus
4. Ujung akar
Gambar 9 : Morfologi akar tunbuhan dikotil
Keteragan
1. Ujun daun
2. Tepi daun
3. Silir daun
4. Bagun daun
5. Pankal daun
Gambar 10 : Morfologi daun tunbuhan monokotil
Keteragan
1. Ujung daun
2. Bagun daun
3. Tepi daun
4. Tulang daun
5. Pangkal daun
6. Tankai daun
Gambar 11 : Mofologi daun tunbuhan dikotil
Keteragan
1. Benan sari
2. Putik
3. Mahkota
4. Tankai
Gambar 12 : Morfologi bunga lenkap
Keteragan
1. Makota bunga
2. Tankai bunga
Gambar 13 : Morfologi bunga tidak lenkap
Keteragan
1. Epidermis
2. Floem
3. Xylem
4. Korteks
5. Empelur
6. empelur
Gambar 14 : Anatomi Akar Tumbuhan Monokotil
Keteragan
1. Epidermis
2. Floem
3. Xylem
4. Korteks
Gambar 15 : Anatomi Akar Tumbuhan Dikotil
Keteragan
1. Epidermis
2. Xilem
3. Floem
4. Korteks
Gambar 16 : Anatomi Batang Tumbuhan Monokotil
Keteragan
1. Epidermis
2. Xilem
3. Floem
Gambar 17: Anatomi Batang Tumbuhan Di
Gambar 18 : Daun Tumbuhan Monokotil
Gambar 19: daun Tumbuhan Dikotil
4.3.2 Pembahasan
Akar monokotil disusun oleh epidermis, parenkim berupa korteks, endodermis, jaringan pengangkut (xylem dan floem), empulur. Xylem dan floem selang-seling (radial). Penyusu batang monokotil berupa epidermis, korteks, jaringan pengangkut, disisi luar jaringan pengagkut terdapat serudang empulur , tipe berkas pembukluh kolateral tertutup. Karena tidak ada kambium. Penyusun daun monokotil berupa epidermis atas, jaringan pengangkut (xylem dan floem), jaringan bunga karang, pada daun tidak mempunyai korteks digantikan oleh jaringan palisade, namun pada daun monokotil tidak terdapat palisade.
Akar dikotil disusun oleh epidermis, parenkim berupa korteks yang terletak didalam epidermis, jaringan pengangkut(floem dan xylem, empulur. Tipe berkas pengangkut yaitu lateral (xylem dikelilingi oleh floem). Xylem mempunyai bentuk karena adanya penonjolan-penonjolan dari daerah pusat kearah perisikel. Penyusun batang dikotil berupa epidermis, korteks, jaringan pengangkut (xylem dan floem),kambium, empulur. Tipe berkas pembuluh kolateral terbuka karena antara floem dan xylem terdapat kambium. Penyusun daun dikotil berupa epidermis atas, jaringan pengangkut (xylem dan floem), jaringan bunga karang,jaringan palisade pada daun tidak mempunyai korteks digantikan oleh
jaringan palisade.
4.4 Pengamatan Hewan
4.4.1 Hasil
Keteragan
1. Kepala (Caput)
2. Lubang hidung (Nares eksternal)
3. Mata (Cavum oris)
4. Telinga (Membran tympani)
5. Legan atas (Antebrakchium)
6. Lengan Bawah (Brakchium)
7. Jari (Digiti)
8. Pungung (Dorsum)
9. Paha (femur)
10. Kaki (Pes)
Gambar 20 : Morfologi Katak
Keteragan
1. Lambung (Ventriculus)
2. Usus dua belas jari (Duodenum)
3. Usus besr (Intestinum crasum)
4. Usus halus (Intestinum tenue)
5. Kloaka
Gambar 21 : Sistem Pencernaan Katak
Keteragan
1. Sel telur
2. Kantong kemih
Gambar 22 : Sistem Reproduksi Katak betina
4.4.2 Pembahasan
Hasil yang diperoleh dari pengamatan morfologi katak hijau (Rana cancrivora), bahwa struktur morfologi katak terdiri dari kepala (Caput), lubang hidung (Nares eksternal), mata (Cavum oris), telinga (Membran tympani), lengan atas (antebrakchium), lengan bawah (brakchium), jari (Digiti), punggung (Dorsum), sedangkan Ekstremitas posterior : paha (Femur), betis (Crus), dan kaki (Pes).
Menurut Susanto , morfologi katak sawah (Rana cancrivora) tediri dari Mata (Cavum oris), Kepala (Caput), Lubang Hidung (Nares eksternal), Gendang Telinga (Membran tympani), Tungkai Depan (Ekstremitas anterior), Perut (Abdomen), Tungkai Belakang (Ekstremitas posterior) dan kloaka.
Pada pengamatan sistem pencernaan diperoleh hasil bahwa sistem pencernaan katak hijau (Rana cancrivora) terdiri dari lambung (Ventriculus), usus halus (Intestinum tenue) yang juga terdiri dari tiga saluran yaitu usus dua belas jari (Duodenum), usus kosong (Jejunum) dan penyerapan (Ileum). Kemudian dilanjutkan pada usus besar (Intestinum crasum) atau yang biasa di sebut Colon dan terakhir bermuara di kloaka.
Menurut Saktiono, yang menyatakan bahwa saluran pencernaan pada katak hijau (Rana cancrivora) dimulai dari rongga mulut, dan pelepasan terakhir di kloaka. Setelah makanan masuk melalui mulut yang terdapat gigi pada rahang atas langit-langit yang berbentuk kerucut, dan lidah yang bercabang dua dimana fungsinya sebagai alat penangkap mangsa, lalu dengan bantuan gigi dan kelenjar air ludah kemudian makanan masuk ke kerongkongan (Esofagus) yang merupakan saluran pendek yang dilalui makanan untuk menuju ke lambung (Ventriculus), dimana lambung (Ventriculus) tersebut hanya berupa kantung yang tergantung dan dapat menjadi besar apabila terisi makanan. Setelah itu, sari-sari makanan yang telah halus diserap oleh dinding usus halus (Intestinum tenue) yang banyak mengandung pembuluh kapiler darah. Sedangkan usus ini berakhir di kloaka yang berfungsi sebagai alat ekskresi, tetapi sebelum dikeluarkan melalui kloaka, kotoran sisa makanan ditampung di dalam rektum.
sistem reproduksi pada katak hijau (Rana cancrivora) betina yaitu berupa sel telur, ovarium, uterus, ureter, ginjal, oviduk, kantong kemih dan kloaka. Ovarium pada katak betina berfungsi menghasilkan sel telur (Ovum), sel telur tersebut dikeluarkan menuju oviduk dan selanjutnya keluar melalui kloaka.
Sistem reproduksi katak hijau (Rana cancrivora) betina berupa: sel telur, ovarium, ginjal, uterus, ureter, kantong kemih, oviduk, dan kloaka. Ketika melakukan reproduksi di dalam air, katak betina yang memiliki ukuran lebih besar dirangkul oleh pejantan. Selain itu diketahui bahwa katak betina memiliki sepasang ovarium yang mengeluarkan telur. Apabila telur sudah masak, katak betina menuju ke air kemudian katak jantan datang dan menaiki punggung katak betina. Selanjutnya katak betina mengeluarkan telur ke dalam air dan bersamaan dengan itu katak jantan mengeluarkan spermanya.
Telur yang sudah dibuahi menyerap air sehingga membesar kemudian berkembang menjadi embrio. Embrio mendapat makanan dari kuning telur, kurang lebih seminggu setelah pembuahan embrio berkembang menjadi berudu. Selanjutnya katak berkembang terus megalami perubahan yang disebut dengan metamorfosis.
4.5 Memahami Konsep Hukum Mendel
4.5.1 Hasil
Tabel 3. Perbandingan Genotif dan Fenotif Pada Percobaan Konsep Hukum Mendel
Macam Pasangan | Frekuensi muncul | |
Merah-merah | IIIII IIIII | 10 |
Merah-putih | IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII II | 24 |
Putih-putih | IIIII III | 8 |
Pada hasil percobaan yang telah dilakukan maka hasil yang di peroleh adalah sebagai berikut. Keterangan : M (merah) m (putih)
Perbandingan fenotif jika fenotif merah (M) dominan terhadap fenotif putih (m) adalah :
Merah : putih
10 : 8
5 : 4
Perbandingan fenotif jika sifat gen dominan tidak penuh (Intermediet) yaitu :
Merah : Merah Putih : Putih
MM : Mm : mm
10 : 32 : 8
5 : 16 : 4
4.5.2 Pembahasan
Pada pengamatan yang dilakukan dalam praktikum dengan menggunakan masing-masing 50 buah kancing berwarna berbeda (merah dan putih) sebagai model gen, dibuat perumpamaan fenotif Merah dominan sempurna terhadap fenotif Putih dengan cara sebagai berikut :
Parental (P) : Mm >< Mm
Merah >< Putih
Gamet `: Mm Mm
F1 : Mm
M | m | |
M | MM | Mm |
m | Mm | mm |
Perbandingan fenotif jika fenotif merah (M) dominan terhadap fenotif putih (m) adalah :
Merah : Putih
10 : 8
5 : 4
Perbandingan fenotif jika sifat gen dominan tidak penuh (Intermediet) yaitu :
Merah : Merah Putih : Putih
10 : 32 : 8
5 : 16 : 4
Persilangan monohibrid memiliki ciri-ciri antara lain adalah semua individu F1 seragam atau sama, lalu pada waktu individu F1 yang heterozigot membentuk gamet, terjadi pemisahan alel sehingga gamet memiliki salah satu alel saja, kemudian jika dominasi tampak sepenuhnya, maka individu F1 memiliki fenotif seperti induk yang dominan, dan ketika gen dominan intermedier (tidak penuh), maka fenotif individu F1 tidak seperti salah satu fenotif galur murni, melainkan mempunyai sifat fenotif diantara kedua induknya. Selain itu dalam perumpamaan, ketika dominasi nampak sepenuhnya maka perkawinan monohibrid (Mm >< Mm) menghasilkan keturunan yang menghasilkan perbandingan fenotif 3 : 1 (¾ Merah : ¼ Putih), tetapi menghasilkan perbandingan genotif 1 : 2 : 1 (¼ MM : 2/4 Mm : ¼ mm)
Dengan perumpamaan jika fenotif Merah (M) dominan sempurna terhadap fenotif Putih (m), maka jumlah perbandingan fenotif Merah (M) dengan fenotif Putih (m) adalah 18 : 7. Kemudian pada perumpamaan jika sifat gen dominan intermediet, maka sifat dominan yang paling sering muncul adalah fenotif Merah-Putih (Mm) dengan jumlah fenotif 19. Hal tersebut karena kondisi sifat dominan fenotif Merah (M) menutupi sifat resesif fenotif Putih (m).
4.6 Pengamatan Transpirasi Tumbuhan
4.6.1 Hasil
Tabel 4. Pegamatan Transpirasi tumbuhan Jagung, Tomat dan Cabai
Tumbuhan | 03 : 50 | 04 : 00 | Waktu 04 : 10 | 04 : 20 | 04 : 30 | 04 : 40 |
Jagung | 8,5 | 8,4 | 8,4 | 8,4 | 8,4 | 8,3 |
Tomat | 8,5 | 8,4 | 8,4 | 8,4 | 8,4 | 8,3 |
Cabai | 8,5 | 8,4 | 8,4 | 8,4 | 8,3 | 8,2 |
|
Grafit 1 : Proses traspirasi pada ketingian air 8 cm
4.6.2 Pembahasan
Pada percobaan kali ini, proses transpirasi tumbuhan diketahui dengan cara pegukuran tinggi air. Tumbuhan yang menjadi sampel yaitu tomat, cabai dan jagung. Dari sini dapat diketahui bahwa ternyata ketiga tanaman tersebut melakukan proses transpirasi, hal ini dibuktikan dari hasil pengamatan yang diperoleh. Pada hasil pengamatan didapatkan hasil yang berbeda-beda pada setiap gelas yang berisi air dan tanaman. Pada pegukuran awal didapatkan tinggi air pada masing-masing tumbuhan 8,5 cm, sedangkan pada pegukuran 10 menit ke I, 20 menit ke II, dan 20 menit ke III didapatkan hasil yang besarnya lebih kecil dibandingkan pada saat penimbangan awal.
Seperti yang kita ketahui bahwa proses transpirasi merupakan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan dalam bentuk uap melalui stomata, kutikula dan lentisel. Berkurangnya tinggi air dan tanaman pada proses penimbangan merupakan bukti terjadinya proses transpirasi pada ketiga tanaman tersebut. Transpirasi yang terjadi dipengaruhi oleh Luas Total Daun (LTD) tanaman tersebut. Semakin besar LTD tanaman, maka semakin cepat proses transpirasi yang terjadi, begitu pula sebaliknya, semakin kecil LTD tanaman, maka semakin lambat pula proses transpirasinya. tanaman, maka dapat diketahui besarnya
kecepatan transpirasi tanaman.
4.7 Pengamatan Fotosintesis Tumbuhan
4.7.1 Hasil
Gambar 23 : Daun setelah direndam alcohol panas yang tidak ditutupi
aluminium foil kemudian ditetesi larutan iodium
Gambar 24 : Daun setelah direndam alcohol panas yang ditutupi
aluminium foil kemudian ditetesi larutan iodium
4.7.2 Pembahasan
Pada percobaan Sachs yang menggunakan daun singkong (Manihot esculenta), diperoleh hasil bahwa yaitu pada daun yang dicelupkan dalam alkohol panas warnanya berubah menjadi pucat. Dimana zat hijau daunnya (klorofil) telah larut dalam alkohol, hal ini sesuai dengan fungsi alkohol sebagai zat pelarut klorofil dalam daun.
Kemudian setelah ditetesi dengan larutan iodin (Iodine), warna daun yang tidak ditutupi aluminium foil berubah menjadi hijau kehitaman. Hal tersebut membuktikan bahwa di dalam daun yang tidak ditutupi aluminium foil juga terkandung amilum, yang dihasilkan dari proses fotosintesis dan pengaruh sinar matahari, sedangkan pada daun yang ditutupi alumunium foil, setelah ditetesi larutan iodin (Iodine) warnanya berubah menjadi tampak kemerahan seperti habis terbakar.
Hal ini disebabkan karena pada daun tersebut tidak terdapat amilum yang dapat diperoleh dari sinar matahari yang cukup. Dalam percobaan Sachs ini juga dapat dikemukakan bahwa sinar matahari juga sangat berperan penting dalam fotosintesis.
Pentingnya fotosintesis bagi makhluk hidup adalah mengikat energi surya menjadi energi dalam bentuk bahan kimia kaya energi sebagai sumber makanan, serta dapat menyegarkan udara dengan menghasilkan oksigen. Oleh karena itu banyak ilmuwan melakukan penelitian tentang fotosintesis, diantaranya percobaan Ingenhousz dan Sachs. Inti dari percobaan Sachs, bahwa fotosintesis menghasilkan amilum.
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop
Dari hasil praktikum yang diperoleh maka dapat disimpulkan : Bahwa mikroskop sangat penting dan berguna dalam penelitian yang untuk memecahkan persoalan tentang benda-benda kecil dan halus sehingga jelas dengan terlihat. Bagian-bagian dari mikroskop adalah lensa okuler, tabung mikroskop, revolver, lensa objektif, lensa kondensor, meja mikroskop, pengatur kasar dan pengatur halus, kondensor, diafragma, cermin, lengan mikroskop, kaki mikroskop. Pada pengamatan preparat huruf “d” yang membentuk huruf “p”, karena cermin cekung pada lensa okuler dan lensa objek bersifat maya, terbalik dan diperbesar. Pada pengamatan pati kentang (Solanum tuberosum) dengan pembesaran 10x, maka akan terlihat butiran-butiran pati yang sangat rapat.
5.1.2 Pengamatan Sel
Dari hasil praktikum yang diperoleh maka dapat disimpulkan : Secara umum sel terdiri dari membran sel, sitoplasma, dan inti sel. Sel tumbuhan mempunyai bentuk yang tetap dan teratur karena mempunyai dinding sel sedangkan sel hewan bentuknya tidak tetap dan tidak teratur karena tidak memiliki dinding sel. Membran sel mempunyai sifat semipermeabel yaitu sifat dimana suatu zat bisa melewati membran sel tersebut dan suatu zat yang tidak bisa melewatinya. Pada pengamatan sifat permeabilitas sel, telur yang direndam ke dalam air cuka ukurannya membesar karena air cuka yang berkonsentrasi tinggi berpindah ke dalam telur yang berkonsentrasi rendah. Dan sebaliknya jika telur di rendam ke dalam sirup cocopandan. Peristiwa ini disebut dengan osmosis.
5.1.3 Pengamatan Tumbuhan
Dari hasil perecobaan dan pembahasan kita dapat mebetahui ,Akar monokotil disusun oleh epidermis, parenkim berupa korteks, endodermis, jaringan pengangkut (xylem dan floem), empulur. Xylem dan floem selang-seling (radial).Akar dikotil disusun oleh epidermis, parenkim berupa korteks yang terletak didalam epidermis,jaringan pengangkut(floem dan xylem, empulur. Tipe berkas pengangkut yaitu lateral (xylem dikelilingi oleh floem).
5.1.4 Pengamatan Hewan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Morfologi katak hijau (Rana cancrivora) terdiri dari kepala (Caput), lubang hidung (Nares eksternal), mata (Cavum oris), lengan atas (Antebrakchium), lengan bawah (Brakchium), jari (Digiti), punggung (Dorsum), perut (Abdomen), dan paha (Femur), betis (Crus), kaki (Pes). Sistem pencernaan katak hijau (Rana cancrivora) terdiri dari lambung (Ventriculus), usus halus (Intestinum tenue), usus besar (Intestinum crasum) atau yang biasa di sebut Colon dan kloaka.Perbedaan sistem reproduksi katak hijau (Rana cancrivora) jantan dan betina yaitu pada katak jantan memiliki testis dan kantong sperma yang tidak dimiliki oleh katak betina, sama halnya dengan ovarium dan sel telur yang hanya dimiliki oleh katak betina.
5.1.5 Memahami Konsep Hukum Mendel
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan pada pratikum pengamatan Hukum Mendel, dapat disimpulkan sebagai berikut : Cabang ilmu biologi yang memepelajari pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya (hereditas) serta gejala seluk beluknya secara ilmiah disebut genetika. pada persilangan monohibrid antara dua individu yang mempunyai satu sifat beda, yang menentukan suatu sifat mengadakan segregasi (pemisahan). pada percobaan dengan perbandingan fenotipe MM : Mm : mm : 1 : 2 : 1. Dan M tidak dominan terhadap m dengan perbandingan 3 : 1. Yang dikarenakan Warna merah muda yang dihasilkan dari percobaan ini disebabkan oleh sifat M yang dominan terhadap m, ataupun sifat m yang tidak resesif terhadap M. sifat demikian disebut interdemiat.
5.1.6 Pengamatan Transpirasi
Dari hasil pembahasan dapat kita ketahui, proses transpirasi dari ketiga tanaman tersebut yang lebih cepak megalami kekuragan air adalah cabai, dimana tingih mulah air adalah 8,5 cm setelah di letakan di bawah matahari ketinggian air berkurang menjadi 8,2 cm.
5.1.7 Pengamatan Fotosintesis
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut Fotosintesis adalah proses penyusunan atau pembentukan zat organik (karbohidrat) dari zat anorganik H2O dan CO2 oleh klorofil dengan menggunakan energi cahaya atau foton. Hasil percobaan Sachs membuktikan bahwa proses fotosintesis ditandai dengan adanya amilum pad daun.
4.1 Saran
Saran dari penulis tidak terlalu banyak karena penulis menyadari baik dan pintar seseorang, akan tetapi setiap manusia itu ada juga kesalahan maupun kehilafannya. Jadi kita sebai manusia harus saling menhargai satu sama yang lainya agar pratikum yang akan datang bisa bisa lebi bagus lagi.
DAFTAR PUSTAKA
amin tabin, 2010. Klasifikasi Katak. amintabin.blogspot.com, diakses tangga 11 Desember 2011 |
Anonim, 2009. pegertian traspirasi. klimatologi.wordpress.com, diakses tangga 11 Desember 2011 |
diakses tangga 10 Desember 2011 |
Anonim, 2011. fotosintesis. id.wikipedia.org, tangga 11 Desember 2011 |
Anonim, 2011. sejarah mikroskop. www.kaskus.us, Diakses Tanggal 7 Desember 2011 |
Anonim, 2011. Buku Penuntun Biologi. UPT-MKU dan MKSD UNTAD, Palu |
Anonim, 2011. hewan berdarah dingin. id.wikipedia.org, diakses tanggal 11 Desember 2011 |
Anonim, 2011. hewan berdarah dingin. turisinternet.com, diakses tanggal 11 Desember 2011 |
Anonim, 2011. hewan berdarah panas. id.wikipedia.org, diakses tanggal 11 Desember 2011 |
Anonim, 2011. hukum mendell. biologimediacentre.com, diakses tanggal 11 Desember 2011 |
Anonim, 2011. Morfologi tumbuhan. id.wikipedia.org, diakses tanggal 10 Desember 2011 |
Anonim, 2011. Organel sel. id.wikipedia.org, tangga 10 Desember 2011 |
Anonim, 2011. percobaan sachs. biologigonz.blogspot.com tanggal 11 Desember 2011 |
Hirawiraman, 2008. sejarah mikroskop. hirawiraman.blogspot.com, Diakses Tanggal 7 Desember 2011 |
Kadri, 2010. Sejarah leeuwenhoek dan mikroskopnya. Kadri.blogspot.com, Diakses Tanggal 07 Desember 2011 |
triyangti mega, 2010. Laporan biologi umum. Faperta, Palu |
nuraqidah, 2011. sistem pencernaan hewan. id.shvoong.com, diakses tanggal 11 Desember 2011 |
Petro, 2004. Zoologi. Erlangga, Jakarta |
Radioptro, 2003. Ternak kodok. Penebar swadaya, Jakarta |
sakeral, 2008. pewarisan sifat. sakerar.multiply.com, diakses tanggal 11 Desember 2011 |
Soemarwoto, 2003. Biologi umum. Garamedia, Jakarta |
Sugiri, 2006. Biologi hewan. Angkasa, Bandung |
sulistya indrianisu, 2010. bagian - bagian mikroskop. listyaindriani.wordpress.com, diakses tangga 09 Desember 2011 |
wawan junaidi, 2009, pengertian dan jenis-jenis mikroskop. Wawan-junaidi.blogspot.com, diakses tangga 09 Desember 2011 |
yogianggriawan, 2010. sistem reproduksi pada tumbuhan. yogianggriawan.com, diakses tangga 11 Desember 2011 |
RIWAYAT PENULIS
Kemudian, pada tahun yang sama penulis meneruskan sekolah menengah kejuruan (SMK) di SMK Negeri 06 Palu dengan megambil jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), dan selesai pada tahun 2011. Dan setelah itu pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Universitas Tadulako, Fakultas Pertanian, Program Studi Agroteknologi.
L A M P IRANG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar